Followers
Monday, December 27, 2010
enau
aku merindumu dimusim gugur dikotamu
atau musim semi ditepian sungai.
Dibukit ada gerimis dan hujan menindas jejak jejak kita
mematahkan reranting kenangan seharum kenanga
Aku bayangkan engkau hamparan rumput pagi
ditinggalkan kabut
menjelma pelangi
Engkau selaksa asap dupa menyusup jalan cukup roda dua
memasuki jendela
menjamah tidurku terjaga
Disini aku nyalahkan seribu lilin
Malam runcing
dan aku, seekor babi tergeletak dikandang teramat dingin.
Wednesday, December 22, 2010
THE STRANGER SONG
Artist(Band):Leonard Cohen
It's true that all the men you knew were dealers
who said they were through with dealing
Every time you gave them shelter
I know that kind of man
It's hard to hold the hand of anyone
who is reaching for the sky just to surrender
who is reaching for the sky just to surrender.
And then sweeping up the jokers that he left behind
you find he did not leave you very much not even laughter
Like any dealer he was watching for the card
that is so high and wild
he'll never need to deal another
He was just some Joseph looking for a manger
He was just some Joseph looking for a manger.
And then leaning on your window sill
he'll say one day you caused his will
to weaken with your love and warmth and shelter
And then taking from his wallet
an old schedule of trains, he'll say
I told you when I came I was a stranger
I told you when I came I was a stranger.
But now another stranger seems
to want you to ignore his dreams
as though they were the burden of some other
O you've seen that man before
his golden arm dispatching cards
but now it's rusted from the elbows to the finger
And he wants to trade the game he plays for shelter
Yes he wants to trade the game he knows for shelter.
Ah you hate to watch another tired man
lay down his hand
like he was giving up the holy game of poker
And while he talks his dreams to sleep
you notice there's a highway
that is curling up like smoke above his shoulder
and suddenly you feel a littlt older
You tell him to come in sit down
but something makes you turn around
The door is open you can't close your shelter
You try the handle of the road
It opens do not be afraid
It's you my love, you who are the stranger
It's you my love, you who are the stranger.
Well, I've been waiting, I was sure
we'd meet between the trains we're waiting for
I think it's time to board another
Please understand, I never had a secret chart
to get me to the heart of this
or any other matter
When he talks like this
you don't know what he's after
When he speaks like this,
you don't know what he's after.
Let's meet tomorrow if you choose
upon the shore, beneath the bridge
that they are building on some endless river
Then he leaves the platform
for the sleeping car that's warm
You realize, he's only advertising one more shelter
And it comes to you, he never was a stranger
And you say ok the bridge or someplace later.
And leaning on your window sill ...
I told you when I came I was a stranger.
Friday, December 10, 2010
Desember, di Bali
sayapmu selendang musim,
yang menjelma menjadi kabut.
Jemarimu merabah ngarai.
Basah
Pucuk cemara dipuncak bukit menggeliat
mendesah.
Sepasang pohon berdekatan, reranting dan daunnya bersentuhan.
Pucuk pucuknya berderai ditiup angin Desember
menyingkap tirai tirai
Dijalan kecil desaku, aroma dupa berkelana
dan bersama gerimis, melati memasuki selah selah jendela
mengantar cinta.
Ada nyanyian katak dan perempuan menangis.
Monday, December 6, 2010
KUSAMBA
berendam dipantaimu.
Malaikat malaikat melepaskan sayapnya,
putih
mencuci rambutnya dengan gerimis.
dan perahumu menyambut malam dengan jala
mencari wajahmu diantara gugusan bintang.
Menjala bintang diantara gugusan mimpi.
Mari menepi menuju pantai
mengumnpulkan kulit kerang dan karang karang
Mari berjalan diatas pasir hitam
bergandeng tangan dengan masa silam.
Sunday, November 28, 2010
perempuan mata rembulan
Malam penuh wangi rambutmu,
yang selaksa asap dupa berderai hingga ke entah
aku menyusurinya dengan cinta
meninggalkan jejak yang tak terhapus waktu.
Tubuhmu menggeliat,
mendesah
menguap aroma tanah selepas hujan
basah
Matamu rembulan, kedip bintang diawang awang
malam penuh wangi rambutmu,
Dipangkumu, aku menelan rindu.
Friday, November 19, 2010
nostalgia
sebelum senja membentang,
sebelum kita berlepas tangan.
aku akan meniti rindu,
menyusuri tali mimpi bersamamu. menikmati masa lalu.
Sedang engkau, berdiam seperti semula bukan ?..
karena menjelang purnama, sore ini engkau bersamaku.
bersembunyi didadaku.
Tuesday, November 2, 2010
serasa selaksa
Hatiku mengenakan payung merah,
sedang mimpiku mengenakan mantel biru.
tetapi cintaku,
ia tumbuh tanpa biji,
menjalar tanpa akar
menggapaimu tak kau duga.
dan menyapamu kala kala.
Monday, November 1, 2010
surat
yang semburat dan menyatu semau mau.
Tetapi disampingmu, aku hilang ragu
Aku ingin melipatmu menjadi selembar daun
dan mencintaimu seperti embun kepada pagi
tapi jangan engkau menanti.
Karena waktu adalah nyanyian debu
yang semburat dan menyatu semau mau.
Rindu. Menjauh, rindu.
Friday, October 15, 2010
Sepasang cemara
" biarkan ada sungai diantara kita"
Lalu ia menyanyi,
lirih,
lara.
Sungai mengantar air menuju laut.
Angin, ombak mencapai jarak.
diantara sungai itu
sepasang cemara saling merindukan untuk berpelukan.
Catatan cuaca
Hari ini dikotamu angin kencang sekali,
dingin sekali
Mengapa ada warna, setelah cahaya menyingkap rahasia ?..
tetaplah yang rahasia tersembunyi
biarlah nampak bila berkehendak.
Engkau bukan aku yang punya
Selain selembar daun rindu yang aku lipat dalam dada.
Thursday, October 7, 2010
Tuesday, October 5, 2010
SAJAK KEPADA DAUN
bila musim semi enggan bernyanyi
bila malam sunyi tak bertepi
bila angin berhembus mengantar pagi
dan siang kering mengantar debu
aku akan sembunyi didadamu, membelai lembut rambutmu ayu.
Friday, October 1, 2010
sepasang kekupu
terbang bersama singgah berdua.
Lalu berpisah disebuah dahan
dan mereka lupa jalan pulangnya.
Sejak itu, mereka tak pernah lagi saling berjumpa.
Bila cinta jangan menyerah
jika rindu jangan sendu
Pada saatnya dedahan akan patah
dan dedaun akan gugur
Dan sebaliknya, bebijian akan tumbuh
kekuncup akan mencapai matahari
kapan ada senja
memenuhi dadaku dengan kamu.
Kapan engkau membimbing tanganku ?..
mencapai musim semi di sungaimu.
Dan rambutmu yang menjelma malam,
meranggas menjadi hutan
menyergap mimpi menjerat hati.
SA Oct/ 1
Tuesday, September 28, 2010
Nomer 56/ SA
kembali menjadi sarang perahu plastik
dan air mancur tolol yang bising
Aku mencarimu disebuah jalan kecil, berbaris pohon besar
dan bangunan rumah tua,
Aku menangis di sudut musim gugur,
tetapi engkau telah menjelma masa lalu.
Dimusim gugur:
Kita tak akan lagi bergulung diatas rerumput ditimpah bayang pohon,
mencari hangat dari masing masing hasrat.
bersembunyi dimasing masing kasih.
Kubayangkan : engkau akan merinduku
seperti aku merindumu
Dari waktu kewaktu, aku melukis rindu
Dan menggambar cinta diselembar kertas tua
Friday, September 24, 2010
Tuesday, September 21, 2010
Rindu rebah
Diselatan bumi, musim semi sunyi.
menunggu bulan penuh dibibir rindu.
menada airmata dari dada penuh cinta
menyanyi tak bertepi, hingga sampai dipepucuk mahoni,
dan selaksa angsa engkau mengepak di sunyi telaga.
maka, biarlah awan menyampaikan rindumu kebibir benua dimana ia pernah kau cinta.
Tuesday, August 31, 2010
Monday, August 23, 2010
Bali
Senja Di Batur :
Aku merapat ketebingmu menggapai kabut yang menguap dari bebukitmu
Mayat Mayat yang berbaring di bawah pohon
Dan perahu kecil ditepian danaumu.
Aku melihat sukma sukma sunyi mengurug sumur luka yang kau gali dijaman revolusi.
Sunday, August 15, 2010
Semara pura
Aku mengunyah senja dan menelan malam sebelum menutup pintu merindukanmu seluruh.
Pada pagi aku bersenyawa dengan bianglala dimana engkau menjadi cakrawala.
Friday, August 13, 2010
saksi
Menanti senja mengunyah senyap menahan lara.
Gapura candi membiarkan diri terbuka bagi sepi,
mencatat kenangan menjadi abadi didindingnya.
Perempuan menyunggi sesaji
dan lelaki memuja ayam dan belati.
Mantra dan tarian suci mengantar pembakaran mayat dengan api yang menjilat.
Hujan mengusap peluhnya sendiri
yang menetes dari mata yang kau cukil tempohari.
Wednesday, August 11, 2010
Kamasan to sideman
Di Sideman ada beberapa masjid dan beberapa penginapan dan warung warung untuk pengunjung dari jauh yang melihat keelokan desa adat yang menghasilkan tenun jelita ini. Disesa ini aku sempat berpikir, ah alangkah lebih menariknya bila aku menetap didesa ini daripada di Kamasan, karena pemandangan alam yang elok. meskipun demikian, di Kamasan aku meraa nyaman hidup bersama kelaurga Bali khas Klungkung dengan ibu kepala rumah tangga bernama ibu Kartini berasal dari desa Gel Gel. tetanggaku adalah pelukis klasik terkenal I Nyoman Mandra, aku merasa bahwa ada hal hal baik dan membuatku betah di banjar Sangging Kamasan. Orang orang mulai mengenalku sebagai pelukis bergaya Ubud. Barangkali gaya Ubud mewakili gaya gaya kesenian modern. Orang orang kamasan rupanya memahami beberapa perbedaan gaya dalam seni lukis. Mereka mengerti adanya gaya batu bulan dan gaya gaya melukis lainnya. Pun mereka sanagta banggah akan gaya mereka sendiri, seni lukis tradisional Kamasan.
Wednesday, July 28, 2010
Klungkung
Mencium aroma tanahmu selepas hujan dan merasai semilir angin laut dari pesisir timur Bali.
Bila hujan, bagai seluruh langit menumpahkan airnya pada atap penginapanku.
Perempuan perempuan menyunggi bakul berisi bunga dan sesaji.
Dan di tamanmu, bebunga tumbuh disekitar kamboja.
Kau petik beberapa warna yang lalu kau taburkan di sudut sudut rumah
dipojok pojok desa
diperempatan dan simpang tiga
Ada doa serupa nyanyian dari puramu
aku kau jala dengan keranjang bambu
dan lukisan diatas kain yang kau laburi tepung beras
Thursday, July 8, 2010
Sydney Biennale
Karya ini mengingatkanku kembali kepada impianku dimasa kanak untuk memiliki sejuta kelereng. Memiliki kelereng lebih banyak dari milik teman temanku. Keserakahan dini manusia ?... atau keserakahan dini diriku ?.. hmmm dan seniman ini, membuatnya nyata, menjadi permainan logika dan nostalgia. Dimana logika kita mengikuti titik titik setiap bola, menyusuri jalan jalan kecil dalam peta imaginasi, menuju kanak kanak bernostalgia. Atau merupakan telur dari angkasa yang jatuh direruntuhan bekas pabrik kapal disuatu pulau kecil di kota Sydney.
Aku lupa siapa senimannya. Meskipun aku sangat pingin tahu siapa pembuatnya agar aku bisa memberikan rasa hormatku, tetapi aku puas hanya dengan narasi dan rayuan bola bola logam nya. Ajaib, susunan sederhana bola bola ini hampir menyerupai susunan bebukitan di dadaerah barat NSW atau gurun di Australia Selatan ; setiap pojok ada sekumpulan bukit dan ngarai, setiap kumpulan itu menyerupai kelopak bunga atau mirip gugusan bintang. Setiap kelopak bunga dan gugusan bintang menawarkan pintu dongeng yang menanti imaginasi setiap pemandangnya untuk dibuka. Ada gugusan yang membuat aku senyum, ada pula gugusan yang membuat aku mengingat sesuatu yang tidak seharusnya aku tersenyum.
Monday, June 28, 2010
Sunday, June 20, 2010
the death of love letter
Saturday, June 19, 2010
INGIN
Friday, June 18, 2010
sajak bunga kamboja
Aku mohon jangan kau lipat cinta.
Biarkan ia mati dengan sendirinya, agar jiwanya tenang tak sesengsara sukma kita.
dan mencium satu satu bunga jatuh
mengumpulakan dan merendamnya dalam semangkuk air, dimeja disamping kepalaku berbaring.
Dalam tidurku, bunga bunga yang terlonta, mekar menjadi asmara.
Dan aku, bersama sunyiku, ditelannya.
(dari kekupu kepada lilin )
Thursday, June 17, 2010
tentang iklan
Demikian pendapat kecil ini. Mungkin nanti saya kembangkan menjadi tulisan yang agak panjang.
Wednesday, June 16, 2010
Api Lingkaran
di musim gugur kelabu.
Cerita bermula dengan jatuhnya daun akasia .
Maka dari sebuah layar selebar saputangan, mereka keluar menjadi bayang bayang bermain api lingkaran.
Yang elok berkedip dan yang api bergoyang.
Dari jendela kau lihat gerimis cantik. Bagai rambut kekasihmu berderai dan lunglai.
Sedang ditaman, hanya sunyi dan reranting tanpa daun yang kesepian,
kabut merantau dari bukit ke bukit menuju entah.
Pada layar sapu tangan, sepasang angsa berpelukan.
Ada debar, tetapi pasrah mengubur ketakutan.
Maka diatas rerumput kau cium gerimis.
Karena dongeng ini belum juga usai.
Maka, aku tulis tangisnya dalam buku catatan luka.
Sambil mengumpulkan kerikil dan kulit kerang ditepian sungai.
( Sydney, June 1010 )
Tuesday, June 15, 2010
Thursday, June 10, 2010
Monday, June 7, 2010
TORRENS RIVER
Sunday, June 6, 2010
fly birdy fly
Saturday, June 5, 2010
home sweet home
forgive me not to miss you not
Monday, May 31, 2010
you and i
Saturday, May 29, 2010
Tuesday, May 25, 2010
Sunday, May 16, 2010
Sunday, May 9, 2010
mendekatlah ke aku
Sebelum malam tumbang, subuh.
mendekatlah ke aku
mendekatlah ke aku
agar lekas kuhirup cintamu
mendekatlah ke aku
mendekatlah ke aku
Monday, May 3, 2010
Lagu cinta dari kabut kepada gerimis
aku ingin menjadi sungai.
Bila sekali engkau jatuh ditubuhku
maka kita akan selamanya bersatu.
kehilir tanpa perahu
kebulan tanpa sepatu.
Tetapi, bila engkau embun menempel didedaun,
maka aku kabut, mendekapmu lembut.
( ketika senja membentang, rinduku mengendap bagai ganggang didasar kolam.
Lalu ia terbang melintas jurang,
mengembara ke bukit ke sembilan,
menemuimu di kelopak kecombrang.
Ditepi sungai tempat kita berdamai ).
Saturday, May 1, 2010
south australia
I love south Australia. If i m not in Asutralia, perhaps this kind of landscape is the one tht i miss so much about this place. It s dry, windy, a bit of sadness and melancholy.
3 weeks a go. I ve just finished my residency in western NSW with its dry and silence landscape where i made lots of paintings and brew many ideas. But as soon as i arrived in Sydney, ah i miss South Australia so much.... not the landscape but the city of Adelaide. I love the museum which have great collection of art from Pacific islands. But I also missed some people.
Out of the blue, the University of Flinders called me and ask me if i want to present my story. They asked me to talk about my art practice and fly me over, gave me an accommodation and pocket money :P Well. I went and it was magic... everything was magic....
Friday, April 30, 2010
surat
Angin berhembus dimusim gugur,
yang merabah dinding kotamu.
Meninggalkan jejak jejaknya dirambutku.
Betapa aku ingin memasuki cintamu, menggapai hangat dimatamu coklat.
Sedang engkau, rambut malam yang menjelma kabut,
yang kau ikat direranting cemara, menggelayut.
Mari pulang sebelum senja membentang.
Thursday, April 29, 2010
Hill End
Hill End
Dibebukit purba:
Gubug gubug kecil
lampu lampu kecil .
pepohonan kerdil membongkok,
dibebukit tua terseok.
Dingarai :
bekas sungai,
dan ladang ladang landai,
seribu domba, seribu sapi,
sunyi membangkai,
sepi membantai.
Musim semi:
kuntum bunga bunga ungu, diladang rumput.
harum rambutmu semburat di bebukit,
kau dengarkah rinduku yang menjerit ?...
Bulan biru:
rinduku membeku diurat bebatu.
Wednesday, April 28, 2010
Sajak hujan kepada sungai
Senja
Lalu senja rebah, mendekap matahari dengan sayapnya, kabut.
Lembut, dipasir laut, sehelai menyangkut di reranting berlumut.
Ada jingga tapi pelangi tak sesempurna biasanya.
Kabut ditiup angin, dan bibirmu menggigil dingin.
Sedang mega mega yang turun, begitu anggun mengurung gunung.
Seekor kekupu hinggap didahan limau, dimana kau ikat kertas bertulis puisi.
Ketika angin berderai; puisimu melambai.
Manis, manis..... rambutmu berderai panjang hingga menyentuh pucuk pucuk musim semi. Kelak, kita akan duduk diatas bebatu, memandang musim berlalu dan waktu melaju.
Dan didepanku engkau kupeluk, membiarkan aku menciumi rambutmu, ke- seribu.
lilin
Pucuk pucuk cemara meliuk dan mendesah.
Malam berciuman dengan kelam, bukit bersenggama dengan langit.
Gelap tak pekat dikarena lilin.
Kabut membalut langit, tapi angin menggendong rembulan dengan senyumnya gamang.
Lewat jendela, ia menyelinap kekamarmu, mengharap jemarimu mengusap airmatanya, embun.
Lalu diciumnya bibirmu yang mungil, dari lehermu menguap harum bunga mawar.
Sedang matamu sebegitu teduh, mengulum luka luka dijiwaku.
Embun
Dipunggung gunung ladang ladang gubis, kentang, rerumput dan reranting kering.
Dan desir pasir dan desah cemara.
Malam berbaring disini, bulan putih dan bunyi kecapi.
Segumpal embun menantimu didahan melati.
Tuesday, April 27, 2010
Sajak kabut tentang lilin bunga
Tetapi, isak tak membuatmu menggumpal.
Engkau senja. Tembaga dan cahaya.
berlari menuju pelabuhan,
Mengejar matahari yang tenggelam. Pulang.
Dan aku:
Tiang layar yang hadir hilang. Sendirian dikoyak sepi malam.
Kelak bila ada kehendak.
Kita menjelma kabut.
Hingga rindu larut,
membantai sepi yang akut.
Dan jika engkau lupa.
Aku selalu menantimu ditepi sungai itu,
dibawah pohon tempat kita dulu.
Menjelma rumput rumput rebah.
Monday, April 26, 2010
sajak sepasang pohon
sepasang pohon ditepi sungai, berciuman
sepasang pohon. Sayang.
Saturday, April 24, 2010
wangi rambutmu
Musim gugur di Sungai Torrens. langit biru.
Dedaun jatuh ditiup angin. Engkau dan aku.
Oh wangi rambutmu, wangi tubuhmu.
" Wangi rambutmu membakar bangkai rinduku.
wangi rambutmu mengubur jasad sepiku. "
Oh sungaiku, Oh sungai ku
kunyalakan lilin sebelum senja berhantu.
Agar selalu kukenangkan wangi rambutmu.
Sungaiku, engkau
April. Musim gugur. Namun, udara masih terasa hangat. Di bulan begini, aku masih suka berenang dilaut. Selain berenang aku juga suka jalan kaki dan bersepeda. Laut tempat aku berenang tidaklah jauh dari rumahku Mosman. Mosman, masih berada dalam lingkup pelabuan kota Sydney. Pelabuan elok yang ditandai dengan kemegahan jembatan Sydney dan Sydney opera house. Lebih elok lagi dimalam tahun baru dengan percikan kembang api.
Dari Circular Quay biasanya aku naik kapal selama 20 menit turun dipelabuhan Mosman selatan. Lalu ganti dengan bis nomor 230 yang berhenti didepan rumah. Kadang kadang aku lebih suka berjalan kaki daripada naik bis. Dari pelabuhan Mosman Selatan ke rumah atau sebaliknya dari rumah ke pelabuhan itu. Perjalanan melewati rumah rumah kolonial dan gereja bertembok bata merah, hanya 20 menit jalan kaki.
Bila berada dalam kapal, sering aku ingat perahu kecil di sungai Sidoarjo. Sungai kecil yang elok. yang di pematangnya ditumbuhi pohon pohon bakau dan waru. Yang ditepiannya ada lubang lubang kepiting dan belut. Sewaktu kecil, kami sering menyusuri sungai itu dengan sebatang perahu. Perahu sebatang pohon kayu jati bikinan almarhum bapak. Perahu yang kami gunakan menyaksikan burung burung manyar membuat rumah direranting bambu. Selain membuat perahu itu, bapakku juga membuat rakit dari beberapa batang bambu yang diikat dijadikan satu.
Beberapa waktu lalu aku mengunjungi kota Adelaide. Kali ini, aku tidak banyak bekerja selain merundingkan beberapa gagasan berkarya bersama dan kemungkinan untuk berpameran di gedung festival. Diselah selah pertemuan dan perundingan dengan beberapa rekan aku sering berjalan menyusuri kota Adelaide. Perjalanan yang paling mengesankan adalah menyusuri sungai Torrens.
Karena sungai itu pula, aku akan membuat karya yang berjudul " sungaiku ". Tentu kepedulianku akan perubahan yang terjadi pada sungai dikampung asalku. Sungai yang tak lagi ditumbuhi pohon pohon bakau. yang tak lagi ada bunga bunga teratai ditepiannya. yang ini telah berubah menjadi pembuangan limba. Baik limba rumah tangga ataupun limba industri.
Pun selain sebagai catatan perubahan lingkungan menurut kenangan pribadiku, karya ini aku aku persembahkan untuk seseorang yang teristimewa. Seperti sungai itu, seorang tersebut inspirasi yang tiada terkira. Baik ketika berbicara, atau dalam diamnya, senantiasa mengisyaratkan keindahan hidup dari kacamata yang paling sederhana.