Followers
Tuesday, August 31, 2010
Monday, August 23, 2010
Bali
Senja Di Batur :
Aku merapat ketebingmu menggapai kabut yang menguap dari bebukitmu
Mayat Mayat yang berbaring di bawah pohon
Dan perahu kecil ditepian danaumu.
Aku melihat sukma sukma sunyi mengurug sumur luka yang kau gali dijaman revolusi.
Sunday, August 15, 2010
Semara pura
Aku mengunyah senja dan menelan malam sebelum menutup pintu merindukanmu seluruh.
Pada pagi aku bersenyawa dengan bianglala dimana engkau menjadi cakrawala.
Friday, August 13, 2010
saksi
Menanti senja mengunyah senyap menahan lara.
Gapura candi membiarkan diri terbuka bagi sepi,
mencatat kenangan menjadi abadi didindingnya.
Perempuan menyunggi sesaji
dan lelaki memuja ayam dan belati.
Mantra dan tarian suci mengantar pembakaran mayat dengan api yang menjilat.
Hujan mengusap peluhnya sendiri
yang menetes dari mata yang kau cukil tempohari.
Wednesday, August 11, 2010
Kamasan to sideman
Di Sideman ada beberapa masjid dan beberapa penginapan dan warung warung untuk pengunjung dari jauh yang melihat keelokan desa adat yang menghasilkan tenun jelita ini. Disesa ini aku sempat berpikir, ah alangkah lebih menariknya bila aku menetap didesa ini daripada di Kamasan, karena pemandangan alam yang elok. meskipun demikian, di Kamasan aku meraa nyaman hidup bersama kelaurga Bali khas Klungkung dengan ibu kepala rumah tangga bernama ibu Kartini berasal dari desa Gel Gel. tetanggaku adalah pelukis klasik terkenal I Nyoman Mandra, aku merasa bahwa ada hal hal baik dan membuatku betah di banjar Sangging Kamasan. Orang orang mulai mengenalku sebagai pelukis bergaya Ubud. Barangkali gaya Ubud mewakili gaya gaya kesenian modern. Orang orang kamasan rupanya memahami beberapa perbedaan gaya dalam seni lukis. Mereka mengerti adanya gaya batu bulan dan gaya gaya melukis lainnya. Pun mereka sanagta banggah akan gaya mereka sendiri, seni lukis tradisional Kamasan.